MAKALAH
Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Peserta Didik
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan Belajar Peserta Didik” yang dibina
oleh Dra. Rahayu, M. Pd.
Oleh :
Kelompok
9/ Kelas B
DUWI ERNAWATI (150210204024)
EKA NOVITASARI (150210204028)
FIRDA AMELIA
SAFITRI (150210204043)
FARISIA PRATIWI
UMAMI (150210204051)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Bakat
dan kreativitas adalah dua hal yang terdapat dalam setiap individu selain
kemampuan-kemampuan individual lain. menurut definisinya, bakat adalah
kemampuan potensial dalam diri seseorang, baik yang sudah dikembangkan maupun
yang belum. Seringkali bakat seseorang jelas terlihat bila ia melakukan suatu
aktivitas dan ia dapat dengan cepat belajar dan berhasil pada bidang tersebut.
Bakat ditandai oleh cepatnya seseorang menguasai suatu aktivitas, sedangkan minat
ditunjukkan dengan keinginan kuat dan bertahan lama terhadap suatu keinginan.
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan
yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Pengajaran atau menumbuhkan
kreativitas dalam diri peserta didik akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya
baik dalam masa persaingan meraih prestasi di sekolah ataupun meraih kesuksesan
ketika mereka telah memasuki dunia kerja. Kreativitas dalam pembelajaran dapat
menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan
lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Namun, saat ini masih banyak guru
yang kurang mampu untuk mencurahkan ide-idenya, sekaligus menumbuhkan daya
kreasi, yang seharusnya hal tersebut bisa menjadi sarana untuk mengembangkan
potensi anak didik yang usianya masih berada pada masa pertumbuhan dan
perkembangan.
Hal
tersebut akan mampu diatasi dengan pengubahan cara pengajaran yang dilakukan
oleh pendidik dengan melihat pengajaran yang cocok atau sesuai dengan
pengembangan kreativitas anak. Kteativitas juga merupakan suatu faktor bawaan
individual sehingga hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mengendalikannya. Pengumpulan informasi untuk memahami
karakteristik perkembangan peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik tes dan non tes. Didasari oleh kenyataan bahwa setiap peserta didik
memiliki kelemahan-kelemahan di dalam bidang tertentu dan sebaliknya mampu di
bidang yang lain, maka dalam merancang aktivitas, pendidik hendaknya
mempertimbangkan kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki
peserta didik baik secara individual maupun secara kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Bakat
Terdapat suatu kenyataan bahwa manusia berbeda satu sama lain
dalam berbagai hal, antara lain dalam intelegensi, bakat, minat, kepribadian,
keadaan jasmani, dan keadaan sosial. Jadi yang dimaksud dengan perbedaan peroranagan
ialah perbedaan dalam kemampuan dan perbedaan dalam kecepatan belajar. Dalam
proses belajar-mengajar secara perorangan (individual), tidak akan timbul
banyak masalah karena dapat di adakan penyesuaian dengan kondisi dan kebutuhan
anak tersebut. Sebaliknya, pada proses belajar-mengajar (klasikal) akan timbul
berbagai masalah yang bervariasi dalam jumlah maupun jenis, sejalan dengan
bervariasinya kebutuhan dan keadaan anak didik. Perbedaan perorangan anak didik
tercermin dalam sifat-sifat atau ciri-ciri siswa (baik dalam kemampuan,
ketrampilan, dan sikap belajar), macam atau kualitas intruksi (yang meliputi
jenis dan tingkat hasil belajar dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif). Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian bakat:
a.
Menurut Crow (1989), bakat bisa dianggap sebagai
kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam. Bakat juga
dapat dianggap sebagai keunggulan khusus dalam bidang perilaku tertentu,
seperti musik, matematika, atau olahraga.
b.
Willian B. Michael (dalam Suryabrata, 1995) mendefinisikan bakat sebagai kapasitas seseorang dalam
melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tergantung pada latihan.
c.
Brigham (dalam Suryabrata, 1995) mendefinisikan bakat yang dititikberatkan kepada apa yang
dapat dilakukan individu (segi kinerja), setelah individu mendapatkan latihan.
d.
Traxler (dalam Crow dan Crow, 1989) mendefinisikan bakat sebagai kondisi, kualitas, atau
sekumpulan kualitas pada diri individu yang menunjukkan kemungkinan sampai dimana
dia akan mampu mendapatkan, dengan latihan yang cocok, pengetahuan,
keterampilan, atau sekumpulan pengetahuan, pengertian dan keterampilan, seperti
kemampuan untuk menyumbangkan diri dalam bidang seni, kemampuan mekanik,
kemampuan matematika, atau kemampuan membaca dan berbicara dengan menggunakan
bahasa asing.
e.
Woodworth dan Marquis (dalam Suryabrata, 1995) memberikan definisi bakat sebagai prestasi yang dapat
diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Oleh karena itu bakat
dikategorikan sebagai suatu kemampuan (ability), yang memiliki tiga arti:
1.
Achievment, yang
merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dengan alat tes tertentu
2.
Capacity, yang merupakan
kemampuan potensial, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui
pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan
perpaduan antara dasar dengan latihan yang intensif dan pengalaman
3.
Aptitude, yaitu kualitas
yang hanya dapat diungkap atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat
f. Pengertian bakat dalam Kapita Selekta Pendidikan SD
adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak bergantung pada
latihan.
Dari perbedaan pendapat mengenai bakat diatas, maka
Suryabrata (1995) berpendapat bahwa analisis mengenai bakat merupakan analisis
mengenai tingkah laku. Berdasarkan tingkah laku dapat ditemukan gejala sebagai
berikut:
a.
Bahwa individu
melakukan sesuatu
b.
Bahwa apa yang
dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu (mempunyai akibat atau
hasil tertentu)
c.
Bahwa individu melakukan
sesuatu itu dengan cara tertentu
Selanjutnya disimpulkan oleh Suryabrata (1995) bahwa tingkah
laku mengandung tiga aspek, yaitu:
a.
Aspek tindakan
(performance atau act)
b.
Aspek sebab atau
akibatnya (a person causes a result)
c.
Aspek ekspresif
Bakat juga perlu dikembangkan agar dapat lebih
terwujud dalam kehidupan seseorang. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan
oleh:
a. Utami
Munandar (1987) bahwa bakat
merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih agar dapat terwujud.
b. Suwarno
(1986) bahwa bakat adalah kondisi
didalam diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus
mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.
c. Renzulli
(Munandar, 1999) mengungkapkan
bahwa yang menentukan keberbakatan seorang individu tidak hanya karena
kemampuan umumnya berada di atas rata-rata, melainkan juga kreativitas dan
pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
d. Munandar
(Ali dan Asroro, 2005) menegaskan
bahwa bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lebih lanjut. Karena sifatnya yang
masih potensial atau laten, bakat merupkan potensi yang masih memerlukan
pengembangan dan latihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud.
e. Semiawa
(Ali & Asrori, 2005)
menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Dengan
bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Tetapi,
untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi diperlukan latihan, pengetahuan,
pengalaman, dan motivasi.
Jadi, dapat kami simpulkan bahwa bakat merupakan
potensi yang ada dalam diri seseorang yang perlu dilatih dan dikembangkan
karena tanpa latihan dan pengembangan maka bakat yang ada dalam diri seseorang
tidak akan terwujud.
Berkaitan dengan hal tersebut, U.S. Office of
Education menekankan bahwa anak berbakat memerlukan pelayanan dan program
pendidikan khusus dengan potensi, minat dan kemampuan agar dapat merealisasikan
bakat yang dimilikinya. Bakat bukanlah merupakan trait atau sifat tunggal,
melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara bertingkat membentuk bakat.
Bakat baru muncul atau teraktualisasi bila ada kesempatan untuk berkembang atau
dikembangkan, sehingga mungkin saja terjadi seseorang tidak mengetahui dan
tidak mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang laten.
Test bakat (patitude test) adalah tes yang mengukur potensi
atau kapasitas yang dapat dicapai seseorang di masa depan, sedangkan tes
prestasi (achievement test) adalah tes yang mengukur kemampuan untuk
berprestasi saat ini. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil dari pembaawan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu
tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan
pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang.
Kapasitas biasanya diartikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan
sepenuhnya di masa mendatang apabila kondisi latihan dilakukan secara optimal.
Dalam praktek, kapasitas seseorang jarang tercapai. Setiap orang mempunyai
bakat-bakat tertentu masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda.
Yang dimaksud dengan anak berbakat ialah mereka yang memiliki
kemampuan-kemampuan unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini
membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan yang di
luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka
secara optimal baik untuk pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi kemajuan masyarakat dan Negara. Bakat-bakat
tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi:
a.
Kemampuan intelektual
umum
b.
Kemampuan akademik
khusus
c.
Kemampuan berpikir
secara kreatif-produktif
d.
Kemampuan dalam salah
satu bidang seni
e.
Kemampuan
psikomotorik/kinestetik
f.
Kemampuan psikososial
atau bakat kepemimpinan.
2.2 Kreativitas
Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli, diantaranya:
a. Utami
Munandar (1995:25), kreativitas
adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai
kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru
antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
b. Imam
Musbikin (2006:6) kreativitas
adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga
sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal,
menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan
baru yang perlu di jawab.
c. Mangunhardjana
(1986:11) kreativitas adalah kegiatan
yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna, lebih enak, lebih praktis,
mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan
masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih
baik atau banyak.
d. Stemberg
(1988), kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya
kognitif, dan kepribadian atau motivasi.
e. Baron
(1969), kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan seuatu yang baru.
f. Supriyadi
dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005:15), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan
terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi, dikontinuitas,
diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
g. Clark
Moustakis (1967), kreativitas
adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu
dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan
orang lain.
h. Rhodes, kreativitas didefinisikan sebagai pribadi (person)
kreatif yang melibatkan diri dalam proses (process) kreatif dan dengan dorongan
atau dukungan (press) dari lingkungan, menghasilkan produk (product) kreatif.
i.
Hulbeck (1945), tindakan kreatif muncul dari keunikan kepribadian dalam interaksi dengan
lingkungannya.
j.
Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang
mempunyai makna sosial.
k. Torrance
(1988), kreativitas adalah proses
merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan
(masalah), menilai dan menguji dugaan atau hipoteis, kemudian mengubah dan
mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Adapun definisi kreativitas tergantung pada segi
penekanannya yaitu:
1. Kretivitas dalam dimensi person yaitu upaya
mendefinisikan kreatifitas yang berfokus pada individu atau person dari
individu yang dapat diebut kreatif.
2. Kreativitas dalam dimensi process. Proses upaya mendefiniikan
kreativitas yang berfokus pada proses berfikir sehingga memunculkan ide-ide
unik atau kreatif.
3. Definisi kreativitas dalam dimensi press. Definisi dan
pendekatan kreativitas yang menekankan faktor perss atau dorongan, baik
dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau
bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial
dan psikologi. Mengenai press dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai
imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas
juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan
kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
4. Definisi kreativitas dalam dimensi product, merupakan
upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau merupakan upaya
yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru atau sebuah penggabungan
yang inovatif. Definisi ini menekankan pada orisinalitas.
Secara operasional, kreativitas adalah kemampuan
mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas ialah sifat dari
seseorang yang mampu berfikir berbeda sehingga dapat menciptakan sesuatu yang
baru ataupun memperbaharui sesuatu yang lama, yang akan bermanfaat untuk
kehidupan seseorang, kreatifitas dapat diedukasi ataupun dapat dikembangkan
melalui berbagai kegiatan pendidikan ataupun di luar pendidikan.
2.3 Jenis-Jenis
Bakat Khusus
Berkaitan dengan adanya perbedaan individual, setiap
anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Semiawan dan Munandar (Ali dan Asrori,
2005) mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa
potensi maupun yang sudaah terwujud, menjadi lima bidang yaitu:
1.
Bakat Akademik Khusus
Dalam mengidentifikasi bakat akademik khusus, seorang
guru dapat menggunakan tes prestasi akademik. Tes prestasi akademik bertujuan
mengukur pembelajaran, pengetahuan tentang fakta, prinsip dan kemampuan untuk
menerapkannya dalam situasi sehari-hari (Munandar,1999).
Tes ini dimaksudkan untuk mengukur prestasi belajar. Termasuk ke dalam bakat
akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang berkaitan dengan
angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal).
2.
Bakat Kreatif Produktif
Bakat kreatif produktif memiliki arti bakat dalam hal
menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru,
arsitektur terbaru, dsb. Alat untuk mengidentifikasi bakat kreatif yang berlaku
di Indonesia diantaranya kreativitas verbal (Munandar
1999). Tes ini terdiri dari 6 subtes yang mengukur dimensi berfikir
divergen. Keenam subtes ini adalah:
a.
Pemulaan kata,
subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dari suku kata
tertentu, contoh siswa diminta untuk membuat kata sebanyak mungkin dari awalan
kata “sa”.
b.
Menyusun kata
adalah subtes yang menghendaki siswa menyusun sebanyak mungkin kata dengan
menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan. Subtes ini selain
mengukur kelancaraan kata juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.
Contohnya: “proklamasi”, respon yang diharapkan adalah siswa diminta menyusun
kata lain dengan huruf-huruf proklamasi (misalnya: aklamai, pak, kolam dll).
c.
Membentuk
kalimat tiga kata, siswa diminta untuk menyusun kalimat yang terdiri dari tiga
kata. Huruf pertama setiap kata diberikan akan tetapi urutan dalam penggunaan
ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda. Contoh: A-L-G (Ali Lihat
Gorila,-Gorila Akan Lari, dsb)
d.
Sifat-sifat yang
sama, siswa harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua
sifat yang ditentukan. Subte ini mengukur kelancaran dalam memberikan gagasan
yang sesuai dengan persyaratan tertentu. Contoh: merah dan cair, siswa akan
memberikan respon (darah, sirop marjan, cat air warna merah, gula merah cair,
cat dinding merah).
e.
Macam-macam
penggunaan, mengharuskan siswa memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang
tidak lazim dari benda ehari-hari. Subtes ini mengukur kelenturan dan
orisinalitas dalam berfikir. Contoh: pensil, respon siswa misalnya untuk tusuk
konde, untuk bercocok tanam, untuk membuat lingkaran donat, dll.
f.
Apa akibatnya,
mengharuskan siswa memikirkan segala seuatu yang mungkin terjadi dari suatu
kejadian. Subtes ini mengukur kelancaran dalam memberikan dan mengembangkan suatu
gagasan dengan mempertimbangkan implikasinya. Contoh: apa akibatnya jika
manusia dapat terbang seperti burumg?. Respon siswa misalnya: tidak ada
kemacetan lalu lintas, jumlah kendaraan berkurang, dan polusi asap kendaraan
berkurang.
3.
Bakat Seni
Bakat khusus dalam bidang eni, misalnya mampu
mengaransemen musik yang banyak digemari orang, menciptakan lagu dalam waktu
yang singkat dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat.
Mengenali bakat seni bergantung pada metode observasi yang dinilai oleh ahli
dalam bidang seni. Diharapkan ahli-ahli tersebut tidak hanya menilai kemampuan
reproduktif di bidang eni, tetapi juga kemampuan inovatif, melalui
kecenderungan untuk dapat melepaskan diri dari bentuk seni yang konvensional
tradisional (Munandar 1999).
4.
Bakat Kinestik/Psikomotorik
Bakat khusus kinestik/psikomotorik, antara lain sepak
bola dan bulu tangkis. Kemampuan psikomotor tidak hanya diperlukan dalam
berolah raga namun juga berbagai kegiatan lain seperti memainkan alat musik dan
drama, menari, dsb. Derajad keterampilan motorik yang diperlukan untuk
maing-masing kegiatan berbeda-beda. Dalam melakukan identifikasi kemampuan
psikomotorik, diperlukan pemahaman mengenai kemampuan-kemampuan yang terkait
dengan kemampuan psikomotorik yang akan diukur. Kemampuan-kemampuan yang
terkait dengan kemampuan psikomotorik adalah kemampuan intelektual, kemampuan
khusus yang berkaitan dengan bakat, tingkat perkembangan keseluruhan badan
misalnya, kelenturan, kecepatan, koordinasi, dll.
5.
Bakat Sosial
Bakat khusus di bidang sosial antara lain mahir
melakukan negosiai, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisai, dan
mahir dalam kepemimpinan. Bakat sosial didefinisikan oleh Marlan (Munandar,
1999) sebagai bakat yang tidak hanya mencakup kemampuan intelektual, tetapi
juga kepribadian. Faktor yang paling erat kaitannya dengan kepemimpinan adalah
kapasitas, prestasi, tanggung jawab, peran serta, status, dan situasi
(Stogdill, dikutip Katena, dalam Munandar, 1999).
2.4 Identifikasi,
Pengukuran Bakat dan Kreativitas
2.4.1
Alasan mengidentifikasi Bakat Kreatif.
Mengidentifikasi bakat kreatif siswa-siswa merupakan
sesuatu yang penting bagi seorang guru karena alasan berikut :
a.
Kreatifitas
sangat bermakna dalam kehidupan.
b.
Melalui pengukuran
dan identifikasi bakat kreatif, akan ditemukan pula siswa-siswa yang kemampuan
kreatifnya sangat rendah.
c.
Dengan memahami
bakat kreatif siswa yang terpendam, guru dapat terbantu untuk merancang
kegiatan yang menantang dan menarik bagi siswa sehingga tercapai tujuan
pembelajaran.
d.
Untuk membantu
siswa memilih jurusan pendidikan dan karier yang menuntut kemampuan kreatif.
2.4.2
Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas
Ada 3 penggunaan utama untuk tes kreativitas, yaitu:
a.
Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
Tes kreativitas sering digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat
kreatif untuk program anak berbakat intelektual. Kebanyakan program anak
berbakat berasaskan bahwa siswa kreatif perlu diidentifikasikan dan kreativitas
perlu diajarkan.
b.
Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan kreativitas. Tes kreativitas
dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara. Pertama, untuk
mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan
orang-orang biasa. Kedua, tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan
untuk menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kekreatifan peserta.
c.
Konseling
Konselor atau psikolog sekolah di sekolah dasar dan menengah memerlukan
informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena sikapnya yang apatis,
tidak kooperatif, berprestasi kurang, atau karena masalah lain. Mungkin saja
siswa itu sebetulnya kreatif, tetapi tidak tahan akan pekerjaan rutin yang
baginya membosankan, sikap guru yang otoriter dan kurang memberikan kebebasan
dalam ungkapan diri. Tes kreativitas dapat membantu konselor, guru, orangtua,
dan siswa sendiri untuk mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang
terpendam. Informasi ini memungkinkan guru untuk merancang kegiatan yang
menantang dan menarik bagi siswa kreatif.
2.4.3
Jenis Alat untuk Mengukur Bakat Kreatif
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa
pendekatan, yaitu pengukuran langsung; pengukuran tidak langsung, dengan
mengukur unsur-unsur yang menandai ciri tersebut; pengukuran ciri kepribadian
yang berkaitan erat dengan ciri tersebut; dan beberapa jenis ukuran yang bukan
tes. Pendekatan kelima adalah dengan menilai produk kreatif nyata.
1. Tes yang
Mengukur Kreativitas secara Langsung
Sejumlah
tes kreativitas telah disusun dan digunakan, antara lain tes terkenal dari
Torrance yang digunakan untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of
Creative Thinking: TICT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural.
Ada yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu Tes Lingkaran (Circles Test)
dari Torrance.tes ini pertama kali digunakan di Indonesia dalam penelitian
Utami Munandar (1997) untuk disertasinya “Greativity and Education”,
dengan tujuan membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreatifitas
figural.
2. Tes yang
Mengukur Unsur-Unsur Kreativitas
Kreativitas
merupakan suatu konstruk yang multidimensi, terdiri dari berbagai dimensi,
yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan
kepribadian), dan dimensi psikomotorik (keterampilan kreatif).
3. Tes yang
Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Beberapa
tes mengukur ciri-ciri khusus, antara lain adalah:
a.
Tes Mengajukan
Pertanyaan, yang merupakan bagian dari Tes Torrance untuk Berpikir Kreatif.
b.
Tes Risk
Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap
kreativitas.
c.
Tes Sex Role
Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri.
Dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah digunakan di Indonesia adalah Bem
Sex Role Inventory.
4. Pengukuran
Bakat Kreatif secara Non-Tes
Dalam upaya
mengatasi keterbatasan tes tertulis untuk mengukur kreativitas dirancang
beberapa pendekatan alternatif yaitu:
a.
Daftar Periksa (Cheklist)
dan Kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang
dimiliki pribadi kreatif.
b.
Daftar
Pengalaman
Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Format
yang paling sederhana adalah meminta seseorang menulis autobiografi singkat,
yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas perilaku kreatif.
c.
Pengamatan
Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu nampaknya
merupakan teknik yang paling absah, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat
subyektif.
[
2.5 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Bakat dan Kreativitas
2.5.1
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
Khusus.
Bakat sebagai potensi masih memerlukan pengembangan
agar dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi. Sejumlah faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakat khusus dikelompokkan ke dalam dua golongan: yaitu, Faktor
Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri individu, yang mencakup: minat, motif berprestasi, keberanian
mengambil resiko, ulet dan tekun, serta kegigihan dan daya juang. Adapun Faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan tempat seorang anak
tumbuh dan berkembang. Yang meliputi: kasempatan maksimal untuk mengembangkan
diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang tua/keluarga,
lingkungan tempat tinggal dan pola asuh.
2.5.2
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Kreativitas
Kreativitas membutuhkan rangsangan dari lingkungan
untuk berkembang secara optimal. Beberapa faktor yang menentukan adalah:
1.
Kebebasan
Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan
kepada anak.
2.
Respek
Orang tua yang menghormati anaknya sebagai individu,
percaya akan kemampuan anak mereka, dan menghargai keunikan anak mereka.
3.
Kedekatan emosi yang sedang
Kreativitas akan dapat dihambat dengan suasana emosi
yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan, atau rasa terpisah.
4.
Prestasi bukan angka
Orang tua anak kreatif menghargai prestasi anak,
mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya, dan menghasilkan karya-karya yang
baik.
5.
Orang tua aktif dan mandiri
Sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting
karena orang tua merupakan model bagi anak.
6.
Menghargai kreativitas
Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari
orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
Tumbuh dan
berkembangnya kreasi diciptakan oleh individu, dipengaruhi oleh kebudayaan serta
dari masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja. Tumbuh dan berkembangnya
kreativitas dipengaruhi pula oleh banyak faktor terutama adalah karakter yang
kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan kultural yang mendukung. Munandar
(2009) menyebutkan bahwa perkembangan kreativitas dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
:
- Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari atau terdapat pada diri individu yang bersangkutan. Faktor ini meliputi keterbukaan, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
- Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi keamanan dan kebebasan psikologis, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda, adanya penghargaan bagi orang yang kreatif, adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri, dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-kegiatan kreatif, dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individual.
Bukan hanya
faktor-faktor non-kognitif seperti sifat, sikap, minat dan temperamen yang
turut menentukan produksi lintas kreatif. Selain itu latihan dan pengemabangan
aspek non-kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu, mengambil resiko,
usaha meningkatkan minat dan motivasi berkreasi, pandai memanfaatkan waktu
serta kepercayaan diri dan harga diri akan sangat menentukan kreativitas
(Munandar, 2009).
Menurut Rogers (dalam
Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas
individu diantaranya:
a. Dorongan dari dalam diri sendiri
(motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar,
2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya
untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua
kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk
kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan
lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar,
2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan
individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas
keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan
pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi
internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi
diantaranya:
- Keterbukaan terhadap pengalaman
- Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
- Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
b. Dorongan dari lingkungan (motivasi
ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa
lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang
penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas
individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari
pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat,
kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi
kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi
lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:
1)
Keamanan
psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk
melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
a. Menerima
individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
- Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
- Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
2)
Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara
psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan
secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Menurut Hurlock (dalam
Munandar, 2009) kepribadian merupakan faktor yang penting bagi pengembangan
kreativitas. tindakan kreativitas muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian
dalam interaksi dengan lingkungan. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat
diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Selain itu,
terdapat pula faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau
perbedaan kreativitas yang dimiliki individu (Harlock, 1993) yaitu:
a.
Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar
daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk
sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak
laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri,
didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para
orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
- Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi
cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok
yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi
memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
yang diperlukan bagi kreativitas.
- Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan
tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan
dari pada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal
mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang
lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua,
tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada
pencipta.
- Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif
daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak
yang otoriter dan kondisi sosial ekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
- Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif
daripada anak lingkungan pedesaan.
- Inteligensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan
kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai
lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan
lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
Selain itu juga yang
dapat mempengaruhi proses kreativitas seseorang, dari luar diri individu
seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan. Sedangkan dari dalam diri
individu seperti pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi dan
kebiasaan.
Menurut Munandar (2009) terdapat beberapa hal
yang dapat menghambat pengembangan kreativitas yaitu:
1. Evaluasi,
menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik
tidak memberikan evaluasi atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu
anak sedang asyik berkreasi.
- Hadiah, pemberian hadiah dapat merubah motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
- Persaingan (kompetisi), persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini dapat mematikan kreativitas.
- Lingkungan yang membatasi
Kendala lain yang juga
diungkapkan oleh Munandar yaitu:
1.
Kendala dari rumah
Menurut
Amabile (dalam Munandar, 2009)
lingkungan keluarga dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan
secara tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan
pilihan atau lingkungan yang terbatas.
2.
Kendala dari sekolah
Ada
beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas antara lain:
a. Sikap
guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru terlalu banyak
mengontrol, dan lebih tinggi jika guru member lebih banyak otonomi.
- Belajar dengan hafalan mekanis, hal ini dapat menghambat perkembangan kreativitas siswa karena materi pelajaran hanya cocok untuk menjawab soal pilihan ganda bukan penalaran.
- Kegagalan, semua siswa pernah mengalami kegagalan dalam kegagalan mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata terhadap motivasi intrinsik dan kreativitas.
- Tekanan akan konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas.
e.
Sistem sekolah, bagi anak yang memiliki
minat-minat khusus dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa sangat membosankan.
3.
Kendala konseptual
Adams (dalam Munandar, 2009)
menggunakan istilah conceptual blocks yaitu dinding mental yang merintangi
individu dalam pengamatan suatu masalah serta pertimbangan cara-cara
pemecahannya. Kendala itu memiliki dua sifat yaitu eksternal dan internal.
a)
Kendala yang bersifat eksternal antara
lain:
1.
Kendala kultural, menurut Adams (Munandar,
2009) ada beberapa contoh kendala kultural yaitu:
·
Berkhayal atau melamun adalah
membuang-buang waktu.
·
Suka atau sikap bermain hanyalah cocok
untuk anak-anak.
·
Kita harus berpikir logis, kritis, analitis
dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat.
·
Setiap masalah dapat dipecahkan dengan
pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak.
·
Ketertarikan pada tradisi.
·
Adanya atau berlakunya tabu.
2.
Kendala lingkungan dekat (fisik dan
sosial), contoh kendala lingkungan dekat:
·
Kurang adanya kerja sama dan saling
percaya antara anggota keluarga atau antara teman sejawat.
·
Majikan (orang tua) yang otokrat dan
tidak terbuka terhadap ide-ide bawahannya (anak).
·
Ketidaknyamanan dalam keluarga atau
pekerjaan.
·
Gangguan lingkungan, keributan atau
kegelisahan.
·
Kurang adanya dukungan untuk mewujudkan
gagasan-gagasan.
b)
Kendala yang bersifat internal antara
lain:
1.
Kendala perceptual, kendala perceptual
dapat berupa:
·
Kesulitan untuk mengisolasi masalah.
·
Kecenderungan untuk terlalu membatasi
masalah.
·
Ketidakmampuan untuk melihat suatu
masalah dari berbagai sudut pandang.
·
Melihat apa yang diharapkan akan
dilihat, pengamatan stereotip memberi label terlalu dini.
·
Kejenuhan, sehingga tidak peka lagi
dalam pengamatan.
·
Ketidakmampuan untuk menggunakan semua
masukan sensoris.
2.
Kendala emosional, kendala ini mewarnai
dan membatasi bagaimana kita melihat, dan bagaimana kita berpikir tentang suatu
masalah. Sebagai contoh:
·
Tidak adanya tantangan, masalah tersebut
tidak menarik perhatian kita.
·
Semangat yang berlebih, terlalu
bermotivasi untuk cepat berhasil, hanya dapat melihat satu jalan untuk diikuti.
·
Takut membuat kesalahan, takut gagal,
takut mengambil resiko.
·
Tidak tenggang rasa terhadap ketaksaan
(ambiguity) kebutuhan yang berlebih akan keteraturan dan keamanan.
·
Lebih suka menilai gagasan, daripada
member gagasan.
·
Tidak dapat rileks atau berinkubasi.
3.
Kendala imajinasi, hal ini menghalangi
kebebasan dalam menjajaki dan memanipulasi gagasan-gagasan. Contoh:
·
Pengendalian yang terlalu ketat terhadap
alam pra-sadar atau tidak sadar.
·
Tidak memberi kesempatan pada daya
imajinasi.
·
Ketidakmampuan untuk membedakan realitas
dari fantasi.
4.
Kendala intelektual, hal ini timbul bila
informasi dihimpun atau dirumuskan secara tidak benar. Contoh:
·
Kurang informasi atau informasi yang
salah.
·
Tidak lentur dalam menggunakan strategi
pemecahan masalah.
·
Perumusan masalah tidak tepat.
5.
Kendala dalam ungkapan, misalnya:
·
Keterampilan bahasa yang kurang untuk
mengungkapkan gagasan.
·
Kelambatan dalam ungkapan secara
tertulis.
Berdasarkan penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kendala yang dapat menghambat kreativitas
terdiri dari kendala dari rumah, kendala dari sekolah dan kendala
konseptual.
Jadi, potensi kreatif
pada semua orang tergantung bagaimana cara mengembangkannya secara optimal agar
tidak terhambat dan bias berkembang dengan baik.
2.6 Kendala-Kendala
dalam Mengembangkan Bakat dan Kreativitas
Kendala terhadap produktifitas kreatif dapat bersifat internal, yaitu berasal
dari individu itu sendiri. Dapat pula bersifat eksternal, yaitu terletak pada
lingkungan individu, baik lingkungan makro maupun lingkungan mikro. Kendala
internal yaitu keyakinan bahwa lingkunganlah yang menyebabkan dirinya tidak
mempunyai kesempatan mengembangkan kreativitasnya. Kendala eksternal antara
lain yaitu tentang evaluasi, pujian, perasaan diamati selagi mengerjakan
sesuatu, pemberian hadiah dan persaingan.
Dalam
situasi pendidikan, hendaknya tidak selalu hanya ditekankan produk yang dihasilkan.
Proses bersibuk diri secara kreatif perlu juga mendapat penghargaan dari
pendidik. Yang perlu dirangsang dan dipupuk adalah sikap dan minat untuk
melibatkan diri dalam kegiatan kreatif. Mengembangkan kreativitas anak didik
meliputi segi:
4. Pengembangan kognitif, antara lain dilakuakn dengan
merangsang kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam berpikir.
5. Pengembangan afektif, dilakukan dengan memupuk siap dan minat
untuk bersibuk diri secara kreatif.
6. Pengembangan psikomotorik, dilakuakn dengan menyediakan
sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan
ketrampilannya dalam membuat karya-karya yang produk-inovatif.
2.7
Hal-Hal yang Dapat Dilakukan untuk Mengembangkan Kreativitas
dan Bakat
a. Menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas.
Mengembangkan rasa
ingin tahu peserta didik dengan mengenalkannya pada berbagai hal atau kegiatan,
misalnya dengan melakukan eksprerimen sederhana, membuat kreasi, atau
mengunjungi museum.
b. Melibatkan anak dalam kegiatan curah ide (brainstorming)
Meminta peserta didik
untuk melontarkan beragam ide dalam kelompok, dan kemudian membahas ide-ide
yang dilontarkan. Semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar
kemungkinkan munculnya ide-ide yang unik.
c. Memberikan kesempatan untuk bereksplorasi dan mencoba
Memberikan peserta
didik kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan hal-hal baru, dan
sesekali membuat kesalahan sehingga ia dapat belajar menelaah berbagai sudut
pandang untuk memecahkan persoalan.
d. Memunculkan motivasi internal
Menghargai setiap ide maupun
karya yang dihasilkan peserta didk secara proporsional. Menghindari memberi
kritik yang dapat menimbulkan kekecewaan pada peserta didik. Menghindari juga
memberi pujian secara berlebihan. Hendaknya juga tidak selalu menghadapkan
peserta didik pada situasi yang kompetitif.
e. Mengembangkan cara berpikir yang fleksibel dan playful
Melatih peserta didik
untuk menelaah berbagai sudut pandang dalam menghadapi persoalan.
f. Mengenalkan anak dengan orang-orang yang kreatif
Mengenalkan peserta
didik pada seseorang yang memiliki suatu karya dan diskusikan mengenai
kemampuannya. Untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik, diperlukan
beberapa faktor berikut:
7.
Stimulasi Faktor
Stimulan bakat dan
minat bisa internal atau eksternal. Stimulan yang utama ialah kesadaran akan
potensi diri, belajar dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan kemampuan
atau kelebihan diri kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan, karena waktu
kita akan terbuang, sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi berkurang.
8.
Berusaha untuk Kreatif
Berusaha kreatif
dengan mencari inspirasi dari mana saja, kapan saja,dan dari siapa saja.
Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan pemahaman bakat,
menumbuh kembangkan minat, sehingga kita dapat mengembangkannya agar bermanfaat
untuk hidup kita.
9.
Pelihara Kejujuran dan
Ketulusan.
Kita harus jujur
mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita minati. Ketulusan
menyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan waktu. Bakat
alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan
meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis, bakat yang bisa
menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada orang lain. Ketika bakat itu
disertai dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan berkembang lebih pesat dan
berkualitas. Bakat itu akan mengundang kerinduan untuk melakukannya kembali,
seperti energi yang mensuplai kebutuhan.
Peserta
didik yang kreatif adalah peserta didik yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya dengan baik. Perkembangan kemampuan dan kecerdasannya sering kali
membuat kita bersikap dan berperilaku cukup aktif, banyak bergerak dan
bersuara. Bakat itu harus dipaksakan. Kita tidak tahu bakat kita di mana kalau
kita tidak pernah mencoba dan melakukan sesuatu. Bukti bahwa bakat harus dicari
adalah fenomena riil, yakni banyak orang berganti-ganti pekerjaan yang pada
hakikatnya adalah untuk mencari bakatnya. Bakat memang berperan dalam kehidupan
siswa, namun latihan menciptakan sesuatu dengan menjadi pribadi kreatif akan membawanya
pada puncak kesuksesan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bakat
adalah kemampuan potensial dalam diri seseorang, baik yang udah dikembangkan
maupun yang belum dikembangkan. Seringkali bakat seseorang jelas terlihat bila
ia melakukan uatu aktivitas dan ia dapat dengan cepat belajar dan berhasil pada
bidang tersebut. Bakat adalah potensi yang masih perlu dikembangkan secara
maksimal melalui latihan dengan motivasi yang tinggi agar menghasilkan suatu
prestasi. Lima bidang bakat khusus yaitu: bakat akademik khusus, bakat kreatif
produktif, bakat seni, bakat kinestik/psikomotorik, dan bakat sosial. Rhodes
mengelompokkan berbagai definisi kreativitas ke dalam empat kategori P yaitu:
person (pribadi), press (pendorong), process (prose), dan product (produk).
Keempat kategori P ini saling berkaitan, pribadi kreatif yang melibatkan diri
dalam proses kreatif, dan dengan dukungan/dorongan dari lingkungan menghasilkan
suatu produk kreatif.
Kreativitas
merupakan usaha melibatkan diri pada proses kreatif yang didasari oleh
intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi, juga merupakan kemampuan
untuk menghasilkan atau mencipta sesuatu yang baru serta kreativitas merupakan
tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan
berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan organisasi yang kreatif
akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka mampu memenuhi
kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan oraganisasi yang
kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.
Lingkungan
merupakan faktor yang penting dalam menentukan pengembangan bakat kreatif
berdasarkan kecerdasan yang dimiliki anak. Kreativitas sangat bermakna dalam
kehidupan, baik bagi siswa yang memiliki bakat kreatif maupun bagi masyarakat
luas. Kemampuan kreatif sangat diperlukan dalam pemecahan masalah dan akan
sangat bermanfaat bagi pengembangan diri siswa yang bersangkutan. Identifikasi
dan pengukuran bakat kreatif bermanfaat untuk merancang kegiatan yang menantang
dan menarik bagi siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Dalam
mengidentifikasi bidang bakat-bakat khusus, dapat menggunakan tes-tes misalnya
tes prestasi akademis, tes kreativitas verbal, mengobservasi kemampuan
psikomotorik, dsb.
Aspek
|
Faktor
Pendukung
|
Faktor
Penghambat
|
Bakat
|
Internal:
·
Minat
·
Motif
berprestasi memadai
·
keberanian
mengambil resiko
·
Ulet dan
tekun
·
Kegigihan
dan daya juang.
|
Internal:
·
Motivasi
berprestasi rendah
·
Takut
mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan
·
Mudah
menyerah
·
Malas
|
Eksternal:
·
Kesempatan
maksimal untuk mengembangkan diri
·
Sarana
dan prasarana yang mendukung
·
Dorongan
orang tua/keluarga
·
Pola
asuh.
|
Eksternal:
·
Lingkungan
yang tidak memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan bakat
·
Tidak
tersedia sarana dan prasarana
·
Orang
tua/keluarga cenderung hanya menghargai bakat yang berkaitan dengan kemampuan
akademik
·
Pola asuh
|
|
Kreativitas
|
Sikap Orang
Tua:
·
Kebebasan
bagi anak untuk berkreasi
·
Menghormati
anaknya sebagai individu
·
Percaya
akan kemampuan anak
·
Menjalin
kedekatan emosi yang sedang
·
Orang tua
yang aktif dan mandiri
·
Orang tua
yang menghargai kreativitas
|
Internal:
·
Keyakinan/persepsi
yang salah bahwa lingkunganlah yang menyebabkan dirinya tidak mempunyai
kesempatan mengembangkan kreativitasnya.
|
Aspek
|
Faktor
Pendukung
|
Faktor
Penghambat
|
Kreativitas
|
Pola
interaksi:
·
Interaksi
yang seimbang dan saling tukar pengalaman antara orang tua dan anaknya
|
Ekternal:
·
Evaluasi yang berlebihan terhadap perilaku anak
·
Pemberian hadiah
·
Persaingan untuk merasa dinilai
·
Lingkungan yang sangat membatasi anak dalam
berperilaku
|
DAFTAR
PUSTAKA
Munandar, S.C.U.
(2009). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta
dan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan.
Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan
Anak Jilid 2. Terjemahan
oleh Thandrasa. Jakarta: PT. Erlangga.
bandar Togel sgp yang paling aman
BalasHapusAyo segera
Agen TOGEL 4DPOIN,Online Terpercaya.
Minimal Deposit Dan Withdraw 20.000
Keterangan Lebih Lanjut, Anda Bisa Hubungi Disini.
★ Pin BBM : D1A279B6
★ Pin BBM : 7B83E334
★ Whatsapp : +85598291698
★ Skype : Poin.4D
★ Line : +85598291698