Keterampilan Menulis Bahasa
Indonesia
DRAMA
“Si Tanjung”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keterampilan Berbahasa Indonesia”
yang dibina oleh Dra. Suhartiningsih, M. Pd.
Kelas B
Kelompok 7
Nama Anggota:
Wahyu Nur Jannah (150210204022)
Eka Novitasari (150210204028)
Firda Amelia Safitri
(150210204043)
Endah Putri Tanjung Sari
(150210204049)
Farisia Pratiwi Umami
(150210204051)
Yully Raudhotul Hasanah
(1500210204073)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Tokoh yang diperankan:
1.
Endah Putri Tanjung
Sari : Sebagai Tanjung
2.
Eka Novitasari :
Sebagai Siti (Ibu dari Tanjung)
3.
Wahyu Nur Jannah :
Sebagai Nur (Santri)
4.
Firda Amelia
Safitri : Sebagai Fatimah (Dosen dan Ustadzah)
5.
Yully Raudhotul
Hasanah : Sebagai Enyul
SI TANJUNG
Matahari mulai menampakkan wajahnya untuk menyambut pagi
yang cerah. Seperti biasanya Tanjung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Tanjung : Ibu .... ibu .... (Sambil teriak)
Ibu : Iya, nak ada apa? Ini ibu lagi menyiapkan sarapan
untukmu. Ayo cepat makan dulu, ibu buatin tempe goreng.
Tanjung : Yah, tempe goreng lagi, tempe goreng lagi.
Bosan..... udah, aku mintak uang aja.
Ibu : Enggak boleh gitu, ini rezeki nak, ya sudah kalau
enggak mau makan, ya ini uangnya.
Tanjung : Apa ini? Kok Cuma segini sih, ya kurang la.....
(Melihat uang yang ia pegang)
Ibu : Ibu hanya punya segitu nak, besok kalau ibu ada
rezeki lebih nanti ibu tambah lagi uangnya.
Tanjung : Hah...... (Minum air sambil menaruh gelas
dengan keras)
Lalu Tanjung pergi menuju ke kampus. Sesampainya di
kampus, ia melihat jam
Tanjung : Alah masih jam 07. 20 (Dengan santainya ia
berjalan menuju ruangan), lalu ia ingat jika kuliahnya dimulai jam 07. 00
(Langsung ia berlari menuju kelas)
Ternyata semua mahasiswa telah berada di dalam kelas.
Tanjung langsung masuk kelas tanpa mengucapkan salam. Untung saja dosennya
terlambat hadir.
Dosen Imah : Selamat pagi.........
Semua Mahasiswa : Pagi.........
Imah : Kita mulai pembelajaran hari ini. (Sambil menaruh
tas dan buku di atas meja). Saya akan membahas tentang “Pentingnya Belajar
Pancasila”. Sebelum saya menjelaskan, saya ingin bertanya terlebih dahulu.
Tanjung, apa pentingnya kita mempelajari Pancasila?
Tanjung : Ya, penting lah buk, kan biar kita tau atau
nambah wawasan kita gitu.
Imah : Ya benar, tapi kurang tepat. Ada yang bisa
menjawab?
Sarah : Bu, (Mengangkat tangan) saya ingin menjawab,
belajar Pancasila itu sangat penting karena pancasila merupakan Dasar Negara
kita. Sehingga, masyarakat Indonesia bisa lebih tahu tentang sejarah lahirnya
Pancasila, selain itu juga akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsayang
tercantum dalam Pancasila, khususnya untuk mahasiswa dan pelajar dalam
mempelajarinya.
Imah : Benar sekali, Pancasila itu lahir dari budaya kita
sendirir yaitu nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap sila Pancasila
sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi Dasar Negara Negara Indonesia secara
objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Selain itu,
tujuan dari pendidikan Pancasila itu antara lain:
a.
Melindungi bangsa
Indonesia dan tumpah darah
b.
Memajukan
kesejahteraan umum
c.
Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
d.
Berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan, berahalk mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Jam menunjukkan pukul 08. 40, pertanda jam kuliah sudah
usai.
Tanjung : Bu, waktunya sudah habis... (Dengan wajah yang
kusut)
Imah : Iya, Tanjung
Para mahasiswa pun bergegas dan saling mengemasi
barang-barang bersiap untuk keluar kelas. Tanjung terburu-buru meninggalkan
kelas karena ingin pergi ke markasnya untuk mengerjakan kegiatan rutinnya yaitu
meminum-minuman keras. Ia telah menggeluti kegiatan itu sejak SMA. Pada suatu
saat ia mulai kehabisa uang dan pulang dalam keadaan mabuk berat.
Tanjung : Ibu.....
Ibu : Ada apa nak? Ibu lagi nyuci baju
Tanjung : Ah, ibu ini.....
Ibu : Ada apa? Ayo
sini bantu ibu nyuci
Tanjung : Tanjung, butuh uang buk (Sambil teriak)
Ibu : Ibu belum punya uang nak, ini aja cucian orang
belum ada yang di ambil
Tanjung : Ah, rempong deh.
Kemudian Tanjung meraih tangan ibunya
Tanjung : Ini apa?
Ah, ini kan bisa di jual (menarik tangan ibunya untuk mengambil cincin di
jemarinya)
Ibu : Nak, jangan di ambil. Ini cincin pembelian ayahmu,
lagian cincin ini juga belum lunas bayarnya, masih kredit nak. (Sambil
bersimpuh di depan Tanjung dan menangis)
Tanjung : Alah, aku ini Cuma pinjem. Masak gak boleh sih?
(Sambil memegang cincin ibunya)
Setelah merebut cincin tersebut, Tanjung beranjak pergi
dari rumah untuk melakukan aktifitasnya yang tidak berguna itu. Namun, ia
berfikir bahwa kegiatan itu adalah hal terbaik dalam hidupnya. Dalam keadaan
mabuk, ia berjalan di jalan raya dengan sempoyongan, lalu.........
Enyul : Di depan ada orang yang lagi mabuk nih, lumayan
buat mintak uang. Mbak, belum makan tiga hari, lapar..... mintak sedekahnya
mbak....
Mbak,
belum makan satu minggu, lapar......mbak mintak sedekahnya
(ih, sek
gak di reken yo)
Mbak,
belum makan satu bulan mbak, lapar.... mintak sedekahnya. (Sabil memegang
tangan Tanjung)
Tanjung : Ah, apaan sih. Sama aku juga belum makan dua
bulan. (Dengan mendorong Enyul ke jalan)
Selang beberapa waktu kemudian, Enyul ingin pergi
berjalan-jalan. Lalu ia melihat si Tanjung.
Enyul : (Lagi asyik) memainkan motornya. Ah, sepertinya
itu orang yang mendorongku beberapa waktu yang lalu. Hem dasar pemabuk.
Setelah lama terpontang-panting di jalan kemudian Tanjung
di tabrak oleh Enyul. Disisi lain ada seorang santri yang terkejut melihat
kejadian itu.
Nur : (Melihat ada seorang yang tergeletak di jalan)
Astagfirullah, ini siapa? Mengapa tergeletak di jalan seperti ini? (Melihat
keadaan Tanjung)
Nur : Mbak, sekarang lagi sekarat?
Tanjung : Iya lah, aku sekarang lagi sekarat.
Nur : Waduh, tunggu sebentar ya mbak. Saya cari bantuan
dulu,sekaratnya nanti aja ya mbak tunggu saya datang.
Beberapa menit kemudian, Nur tersadar jika orang yang
tergeletak di jalan itu adalah korban tabrak lari. Kemudian Nur berlari menemui
Ustadzah.
Nur : Assalamualaikum ustadzah (Dengan wajah panik dan
berkeringat)
Ustadzah : Waalaikumsalam wr. wb. Ada apa Nur kenapa kamu
panik seperti itu dan mana barang belanjaanmu?
Nur : Maaf ustadzah, tertinggal di sebelah orang yang
tidur di jalan.
Ustadzah : Lho, kok bisa begitu Nur?
Nur : Maaf ustadzah maksud saya itu, tertinggal di
sebelah orang yang tertabrak lari di jalan sebelah.
Ustadzah : Innalillahi sekarang, orang itu dimana?
Nur : Masih disana ustadzah, saya tidak berani membawanya
kemari. Takut.......
Ustadzah : Astaufirullah, mari kita kesana.
Ustadzah Ima dan Nur pergi menemui Tanjung yang
tergeeletak di jalan.
Ustadzah : Astaufirullah, mari kita angkat orang ini dan
kita bawa ke pondok
Nur : Mari ustadzah........ (Membopong Tanjung)
Selama di pondok Tanjung di rawat dengan baik oleh Nur
dan Ustadzah sampai ia benar-benar sembuh total. Selain itu, Tanjung juga di
ajarkan tata cara sholat yang baik dan benar.
Disisi lain Enyul kembali beraksi di jalan raya dan
bertemu dengan Sarah.
Enyul : Mbak, mintak sedekahnya mbak..... Sudah dua hari
saya belum makan mbak.
Sarah : (Menoleh) Astaufirullah Mbak, apa yang mbak
lakukan. Mbak ini masih muda tapi kenapa jadi pengemis seperti ini?
Enyul : Ini memang sudah pekerjaan saya mbak.
Sarah : Mbak, Allah itu tidak suka dengan orang yang
peminta-minta. Lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah. Jika mbak
bersedia, mari ikut saya ke pondok untuk mengaji bersama.
Enyul : Terus saya makannya gimana mbak?
Sarah : Nantik mbak bisa tinggal di pondok, untuk belajar
agama sekaligus membentu Ustadzah mengurus pondok. Jadi, mbak bisa mendapatkan
makanan geratis disana. Gimana mbak bersediakah?
Enyul : Oke wes mbak.
Setelah Enyul dan Sarah berada di depan pondok. Tidak
sengaja Sarah menabrak Tanjung yang sedang menyapu halaman.
Sarah : (Kaget) Lho Tanjung. Kok kamu disini?
Tanjung : Maaf, kamu siapa ya? (bingung)
Sarah : Aku sarah teman sekelasmu
Tanjung : (mengingat-ingat) oalah, iya aku ingat. Kamu
temanku yang suka ngomong itu ya.
Sarah : Kamu kok bisa disini?
Tanjung : Aku itu habis tertabrak motor terus di tolong
ama ustadzah. (menjawab dengan santai)
Enyul : Eh, sebentar. Sepertinya, kamu orang yang aku
tabrak di jalan itu ya?
Tanjung : Oooooh, jadi kamu ya yang nabrak aku. (wajah
sinis)
Enyul : Iya, sebelum itu kan. Kamu mendorong aku sampai
jatuh di jalan raya, untung aja aku tidak tertabrak oleh mobil.
Sarah : Sudah-sudah, tidak baik saling balas dendam itu.
Ayo, kalian sekarang baikan.
Enyul dan Tanjung saling meminta maaf.
Sarah : Tanjung, ayo ikut kita ngaji di pondok?
Tanjung : Ah, aku gak mau. Aku malu tauk.
Sarah : kenapa malu?
Tanjung : Nggak apa-apa
Sarah : Ayo sama aku dan Enyul, kenapa malu sih. (terus
memaksa)
Tanjung : Aku gak bisa ngaji
Sarah : (Kaget) kamu kan waktu SD pintar baca Al-Quran.
(Tidak percaya)
Tanjung : Itu kan SD, sekarang kan enggak. Ah aku malu
tau
Sarah dan Enyul menyeret tanjung untuk ikut mengaji.
Setelah mengaji bersama dengan santri-santri yang lain,
Tanjung teringat dengan Ibunya. Mungkin ibunya saat ini sedang menunggu
kehadirannya. Ibu Tanjung tinggal seorang diri, dan akhirnya Tanjung
punberpamitan kepada Ustadzah untuk pulang ke rumahnya serta ia berterima kasih
karena telah menolongnya.
Tanjung : Assalamualaikum utadzah. (Menangis)
Ustadzah : Ada apa Tanjung? Mengapa kamu menangis?
Tanjung : Saya, teringat dengan ibu saya ustadzah, saya
ingin pulang sekarang.
Ustadzah : Astaufirullah, begitu ya. Ya sudah mari saya
antar.
Tanjung : Tidak usah ustadzah, nanti saya merepotkan.
Ustadzah : Tidak apa-apa Tanjung, saya antar kamu sampai
pintu depan saja.
Tanjung : Terimakasih ustadzah.
Sesampainya di rumah.
Tanjung : Ting tong
Ibu : Tidak ada bel
Tanjung : Tok tok tok
Ibu : Keluar
Tanjung : Tok tok tok
Ibu : Keluar
Tanjung : Tok tok tok
Ibu : Keluar (Dengan suara yang keras)
Tanjung : Sudah di luar
Ibu : Oh, masuk.
Tanjung : Assalamualaikum, ibu....ibu..... (Mencari
ibunya)
Ibu : Waalaikumsalam, Tanjung. (Kaget). Ternyata kamu masih
hidup nak, ya Allah dari mana saja kamu ini.
Tanjung : Maafkan Tanjung bu, selama ini Tanjung jahat
sama ibu.
Ibu : Iya, nak ibu sudah memaafkan. Tapi kamu jangan
nakal lagi ya.
Tanjung : Emangnya, Tanjung pernah nakal buk?
Ibu : Waduh nak, ya pernah lah. Kan kamu pernah ngambil
cincinnya ibu untung saja rumah ini gak kamu jual juga. Terus kita mau tinggal
dimana kalau di jual rumah ini.
Tanjung : Emangnya rumah ini ada sertifikatnya buk?
Ibu : Ya, ada lah tuh di dalam lemari. Eh, eh katanya
kamu tidak mau nakal lagi.
Tanjung : ya bu, maafkan Tanjung ya.
Ibu : Iya
Tanjung telah menyadari kesalahannya bahwa apa yang telah
ia lakukan elama ini merupakan perbuatan yang salah dan merugikan, tidak hanya
merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain terutama ibunya. Dia
menyesalinya dan berjanji untuk menjadi lebih baik serta akan membehagiakan
ibunya. Akhirnya mereka hidup bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar