Senin, 06 Juni 2016

Si Tanjung



Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia
DRAMA
“Si Tanjung”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keterampilan Berbahasa Indonesia” yang dibina oleh Dra. Suhartiningsih, M. Pd.

Kelas B
Kelompok 7
Nama Anggota:
Wahyu Nur Jannah (150210204022)
Eka Novitasari (150210204028)
Firda Amelia Safitri (150210204043)
Endah Putri Tanjung Sari (150210204049)
Farisia Pratiwi Umami (150210204051)
Yully Raudhotul Hasanah (1500210204073)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015



Tokoh yang diperankan:
1.      Endah Putri Tanjung Sari : Sebagai Tanjung
2.      Eka Novitasari : Sebagai Siti (Ibu dari Tanjung)
3.      Wahyu Nur Jannah : Sebagai Nur (Santri)
4.      Firda Amelia Safitri : Sebagai Fatimah (Dosen dan Ustadzah)
5.      Yully Raudhotul Hasanah : Sebagai Enyul

SI TANJUNG
Matahari mulai menampakkan wajahnya untuk menyambut pagi yang cerah. Seperti biasanya Tanjung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Tanjung : Ibu .... ibu .... (Sambil teriak)
Ibu : Iya, nak ada apa? Ini ibu lagi menyiapkan sarapan untukmu. Ayo cepat makan dulu, ibu buatin tempe goreng.
Tanjung : Yah, tempe goreng lagi, tempe goreng lagi. Bosan..... udah, aku mintak uang aja.
Ibu : Enggak boleh gitu, ini rezeki nak, ya sudah kalau enggak mau makan, ya ini uangnya.
Tanjung : Apa ini? Kok Cuma segini sih, ya kurang la..... (Melihat uang yang ia pegang)
Ibu : Ibu hanya punya segitu nak, besok kalau ibu ada rezeki lebih nanti ibu tambah lagi uangnya.
Tanjung : Hah...... (Minum air sambil menaruh gelas dengan keras)
Lalu Tanjung pergi menuju ke kampus. Sesampainya di kampus, ia melihat jam
Tanjung : Alah masih jam 07. 20 (Dengan santainya ia berjalan menuju ruangan), lalu ia ingat jika kuliahnya dimulai jam 07. 00 (Langsung ia berlari menuju kelas)

Ternyata semua mahasiswa telah berada di dalam kelas. Tanjung langsung masuk kelas tanpa mengucapkan salam. Untung saja dosennya terlambat hadir.

Dosen Imah : Selamat pagi.........
Semua Mahasiswa : Pagi.........
Imah : Kita mulai pembelajaran hari ini. (Sambil menaruh tas dan buku di atas meja). Saya akan membahas tentang “Pentingnya Belajar Pancasila”. Sebelum saya menjelaskan, saya ingin bertanya terlebih dahulu. Tanjung, apa pentingnya kita mempelajari Pancasila?
Tanjung : Ya, penting lah buk, kan biar kita tau atau nambah wawasan kita gitu.
Imah : Ya benar, tapi kurang tepat. Ada yang bisa menjawab?
Sarah : Bu, (Mengangkat tangan) saya ingin menjawab, belajar Pancasila itu sangat penting karena pancasila merupakan Dasar Negara kita. Sehingga, masyarakat Indonesia bisa lebih tahu tentang sejarah lahirnya Pancasila, selain itu juga akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsayang tercantum dalam Pancasila, khususnya untuk mahasiswa dan pelajar dalam mempelajarinya.
Imah : Benar sekali, Pancasila itu lahir dari budaya kita sendirir yaitu nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi Dasar Negara Negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Selain itu, tujuan dari pendidikan Pancasila itu antara lain:
a.       Melindungi bangsa Indonesia dan tumpah darah
b.      Memajukan kesejahteraan umum
c.       Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
d.      Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berahalk mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Jam menunjukkan pukul 08. 40, pertanda jam kuliah sudah usai.
Tanjung : Bu, waktunya sudah habis... (Dengan wajah yang kusut)
Imah : Iya, Tanjung
Para mahasiswa pun bergegas dan saling mengemasi barang-barang bersiap untuk keluar kelas. Tanjung terburu-buru meninggalkan kelas karena ingin pergi ke markasnya untuk mengerjakan kegiatan rutinnya yaitu meminum-minuman keras. Ia telah menggeluti kegiatan itu sejak SMA. Pada suatu saat ia mulai kehabisa uang dan pulang dalam keadaan mabuk berat.
Tanjung : Ibu.....
Ibu : Ada apa nak? Ibu lagi nyuci baju
Tanjung : Ah, ibu ini.....
Ibu :  Ada apa? Ayo sini bantu ibu nyuci
Tanjung : Tanjung, butuh uang buk (Sambil teriak)
Ibu : Ibu belum punya uang nak, ini aja cucian orang belum ada yang di ambil
Tanjung : Ah, rempong deh.
Kemudian Tanjung meraih tangan ibunya
Tanjung  : Ini apa? Ah, ini kan bisa di jual (menarik tangan ibunya untuk mengambil cincin di jemarinya)
Ibu : Nak, jangan di ambil. Ini cincin pembelian ayahmu, lagian cincin ini juga belum lunas bayarnya, masih kredit nak. (Sambil bersimpuh di depan Tanjung dan menangis)
Tanjung : Alah, aku ini Cuma pinjem. Masak gak boleh sih? (Sambil memegang cincin ibunya)
Setelah merebut cincin tersebut, Tanjung beranjak pergi dari rumah untuk melakukan aktifitasnya yang tidak berguna itu. Namun, ia berfikir bahwa kegiatan itu adalah hal terbaik dalam hidupnya. Dalam keadaan mabuk, ia berjalan di jalan raya dengan sempoyongan, lalu.........
Enyul : Di depan ada orang yang lagi mabuk nih, lumayan buat mintak uang. Mbak, belum makan tiga hari, lapar..... mintak sedekahnya mbak....
            Mbak, belum makan satu minggu, lapar......mbak mintak sedekahnya
            (ih, sek gak di reken yo)
            Mbak, belum makan satu bulan mbak, lapar.... mintak sedekahnya. (Sabil memegang tangan Tanjung)
Tanjung : Ah, apaan sih. Sama aku juga belum makan dua bulan. (Dengan mendorong Enyul ke jalan)
Selang beberapa waktu kemudian, Enyul ingin pergi berjalan-jalan. Lalu ia melihat si Tanjung.
Enyul : (Lagi asyik) memainkan motornya. Ah, sepertinya itu orang yang mendorongku beberapa waktu yang lalu. Hem dasar pemabuk.
Setelah lama terpontang-panting di jalan kemudian Tanjung di tabrak oleh Enyul. Disisi lain ada seorang santri yang terkejut melihat kejadian itu.
Nur : (Melihat ada seorang yang tergeletak di jalan) Astagfirullah, ini siapa? Mengapa tergeletak di jalan seperti ini? (Melihat keadaan Tanjung)
Nur : Mbak, sekarang lagi sekarat?
Tanjung : Iya lah, aku sekarang lagi sekarat.
Nur : Waduh, tunggu sebentar ya mbak. Saya cari bantuan dulu,sekaratnya nanti aja ya mbak tunggu saya datang.
Beberapa menit kemudian, Nur tersadar jika orang yang tergeletak di jalan itu adalah korban tabrak lari. Kemudian Nur berlari menemui Ustadzah.
Nur : Assalamualaikum ustadzah (Dengan wajah panik dan berkeringat)
Ustadzah : Waalaikumsalam wr. wb. Ada apa Nur kenapa kamu panik seperti itu dan mana barang belanjaanmu?
Nur : Maaf ustadzah, tertinggal di sebelah orang yang tidur di jalan.
Ustadzah : Lho, kok bisa begitu Nur?
Nur : Maaf ustadzah maksud saya itu, tertinggal di sebelah orang yang tertabrak lari di jalan sebelah.
Ustadzah : Innalillahi sekarang, orang itu dimana?
Nur : Masih disana ustadzah, saya tidak berani membawanya kemari. Takut.......
Ustadzah : Astaufirullah, mari kita kesana.
Ustadzah Ima dan Nur pergi menemui Tanjung yang tergeeletak di jalan.
Ustadzah : Astaufirullah, mari kita angkat orang ini dan kita bawa ke pondok
Nur : Mari ustadzah........ (Membopong Tanjung)
Selama di pondok Tanjung di rawat dengan baik oleh Nur dan Ustadzah sampai ia benar-benar sembuh total. Selain itu, Tanjung juga di ajarkan tata cara sholat yang baik dan benar.
Disisi lain Enyul kembali beraksi di jalan raya dan bertemu dengan Sarah.
Enyul : Mbak, mintak sedekahnya mbak..... Sudah dua hari saya belum makan mbak.
Sarah : (Menoleh) Astaufirullah Mbak, apa yang mbak lakukan. Mbak ini masih muda tapi kenapa jadi pengemis seperti ini?
Enyul : Ini memang sudah pekerjaan saya mbak.
Sarah : Mbak, Allah itu tidak suka dengan orang yang peminta-minta. Lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah. Jika mbak bersedia, mari ikut saya ke pondok untuk mengaji bersama.
Enyul : Terus saya makannya gimana mbak?
Sarah : Nantik mbak bisa tinggal di pondok, untuk belajar agama sekaligus membentu Ustadzah mengurus pondok. Jadi, mbak bisa mendapatkan makanan geratis disana. Gimana mbak bersediakah?
Enyul : Oke wes mbak.
Setelah Enyul dan Sarah berada di depan pondok. Tidak sengaja Sarah menabrak Tanjung yang sedang menyapu halaman.
Sarah : (Kaget) Lho Tanjung. Kok kamu disini?
Tanjung : Maaf, kamu siapa ya? (bingung)
Sarah : Aku sarah teman sekelasmu
Tanjung : (mengingat-ingat) oalah, iya aku ingat. Kamu temanku yang suka ngomong itu ya.
Sarah : Kamu kok bisa disini?
Tanjung : Aku itu habis tertabrak motor terus di tolong ama ustadzah. (menjawab dengan santai)
Enyul : Eh, sebentar. Sepertinya, kamu orang yang aku tabrak di jalan itu ya?
Tanjung : Oooooh, jadi kamu ya yang nabrak aku. (wajah sinis)
Enyul : Iya, sebelum itu kan. Kamu mendorong aku sampai jatuh di jalan raya, untung aja aku tidak tertabrak oleh mobil.
Sarah : Sudah-sudah, tidak baik saling balas dendam itu. Ayo, kalian sekarang baikan.
Enyul dan Tanjung saling meminta maaf.
Sarah : Tanjung, ayo ikut kita ngaji di pondok?
Tanjung : Ah, aku gak mau. Aku malu tauk.
Sarah : kenapa malu?
Tanjung : Nggak apa-apa
Sarah : Ayo sama aku dan Enyul, kenapa malu sih. (terus memaksa)
Tanjung : Aku gak bisa ngaji
Sarah : (Kaget) kamu kan waktu SD pintar baca Al-Quran. (Tidak percaya)
Tanjung : Itu kan SD, sekarang kan enggak. Ah aku malu tau
Sarah dan Enyul menyeret tanjung untuk ikut mengaji.
Setelah mengaji bersama dengan santri-santri yang lain, Tanjung teringat dengan Ibunya. Mungkin ibunya saat ini sedang menunggu kehadirannya. Ibu Tanjung tinggal seorang diri, dan akhirnya Tanjung punberpamitan kepada Ustadzah untuk pulang ke rumahnya serta ia berterima kasih karena telah menolongnya.
Tanjung : Assalamualaikum utadzah. (Menangis)
Ustadzah : Ada apa Tanjung? Mengapa kamu menangis?
Tanjung : Saya, teringat dengan ibu saya ustadzah, saya ingin pulang sekarang.
Ustadzah : Astaufirullah, begitu ya. Ya sudah mari saya antar.
Tanjung : Tidak usah ustadzah, nanti saya merepotkan.
Ustadzah : Tidak apa-apa Tanjung, saya antar kamu sampai pintu depan saja.
Tanjung : Terimakasih ustadzah.
Sesampainya di rumah.
Tanjung : Ting tong
Ibu : Tidak ada bel
Tanjung : Tok tok tok
Ibu : Keluar
Tanjung : Tok tok tok
Ibu : Keluar
Tanjung : Tok tok tok
Ibu : Keluar (Dengan suara yang keras)
Tanjung : Sudah di luar
Ibu : Oh, masuk.
Tanjung : Assalamualaikum, ibu....ibu..... (Mencari ibunya)
Ibu : Waalaikumsalam, Tanjung. (Kaget). Ternyata kamu masih hidup nak, ya Allah dari mana saja kamu ini.
Tanjung : Maafkan Tanjung bu, selama ini Tanjung jahat sama ibu.
Ibu : Iya, nak ibu sudah memaafkan. Tapi kamu jangan nakal lagi ya.
Tanjung : Emangnya, Tanjung pernah nakal buk?
Ibu : Waduh nak, ya pernah lah. Kan kamu pernah ngambil cincinnya ibu untung saja rumah ini gak kamu jual juga. Terus kita mau tinggal dimana kalau di jual rumah ini.
Tanjung : Emangnya rumah ini ada sertifikatnya buk?
Ibu : Ya, ada lah tuh di dalam lemari. Eh, eh katanya kamu tidak mau nakal lagi.
Tanjung : ya bu, maafkan Tanjung ya.
Ibu : Iya
Tanjung telah menyadari kesalahannya bahwa apa yang telah ia lakukan elama ini merupakan perbuatan yang salah dan merugikan, tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain terutama ibunya. Dia menyesalinya dan berjanji untuk menjadi lebih baik serta akan membehagiakan ibunya. Akhirnya mereka hidup bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar